Kamis, 19 Maret 2009

Pada suatu Mei 1998. . . . .





Misteri konflik angkatan darat masih menjadi kisah misterius sejarah Indonesia. Tepatnya pada bulan berdarah bagi bangsa Indonesia, Mei 1998. 5000 gedung dilalap api, 600 orang tewas dan sebagian karena dipanggang. Presiden Soeharto sedang melakukan lawatan ke Kairo, Mesir. Wakil presiden, BJ Habibie kebingungan karena tiada personil ABRI yang mengamankan kerusuhan. Kocar-kacir para mahasiswa yang telah berhasil menduduki gedung parlemen hendak menggulingkan tahta sang seorang Panglima Besar kala itu. Soeharto tak kuasa lagi memeluk kekuasaanya sebagai presiden, terpaksa harus menyerahkan masa jabatan selama 32 tahun ke tangan wakilnya, Habibie.




Saat itu, bisa dikata, sistem pengamanan negara telah jebol...




Ditambah lagi, adanya isu kudeta yang dilakukan oleh Prabowo Subianto yang memobilisasi 11.000 pasukan Komando Cadangan Strategi Angkatan Darat (KOSTRAD) berhimpun di Jakarta. Wiranto sebagai Panglima TNI mengaku tidak mengetahui pergerakan yang diinstruksikan oleh Prabowo sebagai PANGKOSTRAD. Lantas saja, Habibie dengan tegas menugaskan kepada Wiranto untuk mencabut jabatan sebagai PANGKOSTRAD dari Prabowo. Prabowo naik pitam. Dikawal 12 orang dengan mengendarai 3 land rover,Prabowo menemui Habibie di Istana. Pada saat itu, pengaruh Prabowo sangat kental dalam militer Angkatan Darat, sehingga detik-detik pertemuan empat mata antara Prabowo dan Habibie, menyebabkan satuan pengaman kepresidenan di Istana mengangkat senjata ke arah istana, yang mengandung makna, siap gulingkan pemerintahan, alias kudeta.



Aksi adu mulut terjadi saat Habibie bertemu Prabowo yang tidak terima dirinya yang adalah notabene menantu Soeharto, dipecat---bahkan sebelum matahari terbenam. Ketegasan Habibie sebagai presiden yang menjabat kala itu sangatlah beralasan. Mengapa tidak, kerusuhan massal yang telah terjadi di beberapa kota besar di Indonesia semakin terancam ketika pasukan KOSTRAD yang tidak lagi sejalan dengan dirinya. Bahkan dari itu, dalam buku habibie yang berjudul, detik-detik yang menentukan, mengatakan bahwa pasukan KOSTRAD dari luar Jakarta bergerak menuju Jakarta dan berkonsentrasi di kediamannya di Kuningan , demikian pula Istana Merdeka, menanti instruksi dari sang Letnan Jendral Prabowo Subianto.

2009 :

kini detik-detik yang menentukan bagi bangsa sedang menanti—Pemilihan legislatif dan Pilpres 2009. Prabowo, dengan segala catatan masa silamnya ataupun Wiranto yang dinilai terlalu stabil ketika menjabat sebagai Panglima TNI. Segala versi masa kini pun muncul, yang menyebutkan Prabowo sebagai bapat petani, nelayan serta rakyat kecil. Pedulikah beliau sesungguhnya?

Rakyat dan militer merupakan dua dunia yang berbeda namun memiliki kesamaan tugas, yakni kesungguhan. Dalam memimpin rakyat, perlu kesungguhan seperti saat berada dalam militer.


Pertiwi semakin senja, tetapi terus di bongkar. Harapan bagi Indonesia yang semakin baik masih ada disepanjang jalan, dengan mengharapkan pemimpin negara serta wakil rakyat yang transparan, mempunyai integritas, serta kredibilitas. Jika hal tersebut tercapai, dimana lagi tempat seindah Indonesia?